Kemahsiswaan
Mahasiswa Merupkan kata turunan dari Kemahasiswaan.
Sebelum memulai lebih jauh, berdasarka metode memahami atau memulai
sesuatu yang baik ada kalanya kita mengetahui Definisi dari Kemhasiswaan maupun
Mahasiswa.
1.
Definisi
A. Mahasiswa
(menurut KBBI ) ;
Orang yang belajar di perguruan tinggi.
Mahasiswa (menurut DIKTI) ; mahasiswa merupakan orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di
universitas, institut atau akademi dan mengikuti alur yang ada.
Mahasiswa (menurut UU No.12 Tahun 2012) ; mahasiswa merupakan seseorang yang terdaftar namanya di perguruan tinggi
baik negeri maupun swasta
Sedangkan Kemahasiswaan menurut KBBI adalah Segala s
2.
Peran dan Fungsi Mahasiswa
a. Agent Of Change
b. Iron Stock
c. Guardian of Value
Namun secara garis besar, setidaknya ada 3 peran dan fungsi yang sangat
penting bagi mahasiwa, yaitu :
a.
Pertama, peranan moral, dunia kampus merupakan dunia di mana setiap
mahasiswa dengan bebas memilih kehidupan yang mereka mau. Disinilah dituntut
suatu tanggung jawab moral terhadap diri masing-masing sebagai indidu untuk
dapat menjalankan kehidupan yang bertanggung jawab dan sesuai dengan moral yang
hidup dalam masyarakat.
b.
Kedua, adalah peranan sosial. Selain tanggung jawab individu, mahasiswa
juga memiliki peranan sosial, yaitu bahwa keberadaan dan segala perbuatannya
tidak hanya bermanfaat untuk dirinya sendiri tetapi juga harus membawa manfaat
bagi lingkungan sekitarnya.
c.
Ketiga, adalah peranan intelektual. Mahasiswa sebagai orang yang
disebut-sebut sebagai insan intelek haruslah dapat mewujudkan status tersebut
dalam ranah kehidupan nyata. Dalam arti menyadari betul bahwa fungsi dasar
mahasiswa adalah bergelut dengan ilmu pengetahuan dan memberikan perubahan yang
lebih baik dengan intelektualitas yang ia miliki selama menjalani pendidikan.
3.
Ciri ciri Mahasiswa
a.
Secara formal, ciri-ciri
seorang mahasiswa yaitu memiliki kartu mahasiswa sebagai simbol dan
legitimasinya.
b.
Namun secara filosofis
ciri-ciri seorang mahasiswa sebagai berikut:
Rasional Radikal Cerdas. Idealis, Inovatif, Kritis, Kreatif, Revolusioner, Intelek, Militan
Ciri-ciri yang disebutkan diatas hanyalah sekelumit dari sekian banyak
ciri-ciri mahasiswa yang menjadikan mahasiswa tidak hanya sebagai kaum
intelektual tapi juga sebagai sosial kontrol dalam suatu komunitas.
4. Tipe-tipe Mahasiswa
Sebagai mahasiswa, tidak hanya harus mengenal identitasnya, tapi juga
harus mengetahui tipenya. Pluralitas lingkungan yang membentuk mahasiswa
menjadikan tipe dan karakter mahasiswa berbeda-beda. Secara umum tipe dan
karakter mahasiswa dapat dibagi sebagai berikut :
a) Tipe
Akademik
Mahasiswa yang hanya
memfokuskan diri pada kegiatan akademik dan cenderung apatis terhadap kegiatan
kemahasiswaan dan kondisi masyarakat.
b) Tipe
Organisatoris
Mahasiswa yang memfokuskan
diri pada kelembagaan baik didalam maupun diluar terhadap kondisi sosial dan cenderung tidak
mengkonsentrasikan diri pada kegiatan akademik.
c) Tipe
Hedonis
Mahasiswa selalu mengikuti
trend dan mode tapi cenderung apatis terhadap kegiatan akademik dan
kemahasiswaan.
d) Tipe
Aktivis Mahasiswa
Mahasiswa yang memfokuskan
diri pada kegiatan akademik kemudian berusaha mentrasformasikan “kebenaran
ilmiah” yang didapatkan ke masyarakat melalui lembaga dan sebagainya dan
berusaha memperjuangkannya.
5.
Sejarah Pergerakan Mahasiswa
Perjalanan sejarah
pergerakan mahasiswa indonesia dimulai sekitar tahun 1908-an yang ditandai
dengan didirikannya Budi Utomo. Pelopor pergerakan tersebut adalah mahasiswa
yang tercerahkan dan memaknai serta memahami arti suatu persatuan menuju
kemerdekaan.
Tidak dapat dipungkiri
bahwa bentuk pergerakan mahasiswa sangat tergantung pada kondisi sosial yang
terjadi pada saat itu walau intinya satu yaitu “Pembaharuan”.
Pergerakan mahasiswa pada
tahun 1928 dan tahun 1998 adalah suatu contoh perbedaan akibat kondisi sosial
yang terjadi. Titik klimaks dari perjuangan mahasiswa Indonesia adalah pada
tahun 1966 dan tahun 1998, dimana dua rezim otoriter pada saat itu berhasil di
runtuhkan.
1. Gerakan
Mahasiswa Tahun 1966
Dikenal dengan istilah angkatan 66, gerakan ini awal kebangkitan gerakan
mahasiswa secara nasional, dimana sebelumnya gerakan-gerakan mahasiswa masih
bersifat kedaerahan. Tokoh-tokoh mahasiswa saat itu adalah mereka yang sekarang
berada pada lingkar kekuasaan atau pernah pada lingkar kekuasaan, siapa yang
tak kenal dengan Akbar Tanjung dan Cosmas Batubara. Apalagi Sebut saja Akbar
Tanjung yang pernah menjabat sebagai Ketua DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
periode tahun 1999-2004.
Angkatan 66 mengangkat isu Komunis sebagai bahaya laten Negara. Gerakan
ini berhasil membangun kepercayaan masyarakat untuk mendukung mahasiswa
menentang Komunis yang ditukangi oleh PKI (Partai Komunis Indonesia). Eksekutif
pun beralih dan berpihak kepada rakyat, yaitu dengan dikeluarkannya SUPERSEMAR
(surat perintah sebelas maret) dari Presiden Sukarno kepada penerima mandat
Suharto. Peralihan ini menandai berakhirnya ORLA (orde lama) dan berpindah
kepada ORBA (orde baru). Angkatan 66 pun mendapat hadiah yaitu dengan banyaknya
aktivis 66 yang duduk dalam kabibet pemerintahan ORBA.
2. Gerakan
Mahasiswa Tahun 1972
Gerakan ini dikenal dengan terjadinya peristiwa MALARI (Malapetaka Lima
Belas Januari). Tahun angkatan gerakan ini menolak produk Jepang dan sinisme
terhadap warga keturunan. Dan Jakarta masih menjadi barometer pergerakan
mahasiswa nasional, tokoh mahasiswa yang mencuat pada gerakan mahasiswa ini
seperti Hariman Siregar, sedangkan mahasiswa yang gugur dari peristiwa ini
adalah Arif Rahman Hakim.
3. Gerakan
Mahasiswa Tahun 1980 an
Gerakan pada era ini tidak popular, karena lebih terfokus pada perguruan
tinggi besar saja. Puncaknya tahun 1985 ketika Mendagri (Menteri Dalam Negeri)
Saat itu Rudini berkunjung ke ITB. Kedatangan Mendagri disambut dengan Demo
Mahasiswa dan terjadi peristiwa pelemparan terhadap Mendagri. Buntutnya Pelaku
pelemparan yaitu Jumhur Hidayat terkena sanksi DO (Droup Out) oleh pihak ITB
(pada pemilu 2004 beliau menjabat sebagai Sekjen Partai Serikat Indonesia /
PSI).
4. Gerakan
Mahasiswa Tahun 1990-an
Isu yang diangkat pada Gerakan era ini sudah mengkerucut, yaitu
penolakan diberlakukannya terhadap NKK/BKK (Normalisasi Kehidupan Kampus /
Badan Kordinasi Kampus) yang membekukan Dewan Mahasiswa (DEMA/DM) dan Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM).
Pemberlakuan NKK/BKK mengubah format organisasi kemahsiswaan dengan
melarang Mahasiswa terjun ke dalam politik praktis, yaitu dengan SK Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan No. 0457/0/1990 tentang Pola Pembinaan dan
Pengembangan Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi, dimana Organisasi Kemahasiswaan
pada tingkat Perguruan Tinggi bernama SMPT (senat mahasiswa perguruan tinggi).
Organisasi kemahasiswaan seperti ini menjadikan aktivis mahasiswa dalam
posisi mandul, karena pihak rektorat yang notabane perpanjangan pemerintah
(penguasa) lebih leluasa dan dilegalkan untuk mencekal aktivis mahasiswa yang
berbuat “over”, bahkan tidak segan-segan untuk men-DO-kan. Mahasiswa hanya
dituntut kuliah dan kuliah saja.
Di kampus intel-intel berkeliaran, pergerakan mahasiswa dimata-matai.
Maka tidak heran jika misalnya hari ini menyusun strategi demo, besoknya aparat
sudah siap siaga. Karena banyak intel berkedok mahasiswa.
Pemerintah Orde Baru pun menggaungkan opini adanya pergerakan sekelompok
orang yang berkeliaran di masyarakat dan mahasiswa dengan sebutan OTB
(organisasi tanpa bentuk). Masyarakat pun termakan dengan opini ini karena OTB
ini identik dengan gerakan komunis.
Sikap kritis mahasiswa terhadap pemerintah tidak berhenti pada
diberlakukannya NKK/BKK, jalur perjuangan lain ditempuh oleh para aktivis
mahasiswa dengan memakai kendaraan lain untuk menghindari sikap refresif
Pemerintah, yaitu dengan meleburkan diri dan aktif di Organisasi kemahasiswaan
ekstra kampus seperti PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), GMNI
(Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia), PMKRI (Pergerakan Mahasiswa Katholik
Republik Indoenesia) atau yang lebih dikenal dengan kelompok Cipayung.
5. Gerakan
Mahasiswa Tahun 1998
Gerakan mahasiswa era sembilan puluhan mencuat dengan tumbangnya Orde
Baru dengan ditandai lengsernya Soeharto dari kursi kepresidenan, tepatnya pada
tanggal 12 mei 1998.
Gerakan mahasiswa tahun sembilan puluhan mencapai klimaksnya pada tahun
1998, diawali dengan terjadi krisis moneter di pertengahan tahun 1997.
harga-harga kebutuhan melambung tinggi, daya beli masyarakat pun berkurang.
Mahasiswa pun mulai gerah dengan penguasa ORBA, tuntutan mundurnya Soeharto
menjadi agenda nasional gerakan mahasiswa. Ibarat gayung bersambut, gerakan
mahasiswa dengan agenda REFORMASI nya mendapat simpati dan dukungan yang luar
biasa dari rakyat. Mahasiswa menjadi tumpuan rakyat dalam mengubah kondisi yang
ada, kondisi dimana rakyat sudah bosan dengan pemerintahan yang terlalu lama 32
tahun! politisi diluar kekuasaan pun menjadi tumpul karena terlalu kuatnya
lingkar kekuasaan, dan dikenal dengan sebutan jalur ABG (ABRI, Birokrat, dan
Golkar).
Simbol Rumah Rakyat yaitu Gedung DPR/MPR menjadi tujuan utama mahasiswa
dari berbagai kota di Indonesia, seluruh komponen mahasiswa dengan berbagai
atribut almamater dan kelompok semuanya tumpah ruah di Gedung Dewan ini,
tercatat FKSMJ (Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Jakarta), FORBES (Forum
Bersama), KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) dan FORKOT (Forum
Kota). Sungguh aneh dan luar biasa, elemen mahasiswa yang berbeda paham dan
aliran dapat bersatu dengan satu tujuan : Turunkan Soeharto.
Memang lengser nya Soeharto seolah menjadi tujuan utama pada gerakan
mahasiswa sehingga ketika pemerintahan berganti, isu utama kembali kepada
kedaerahan masing-masing.
REFORMASI terus bergulir, perjuangan mahasiswa tidak akan pernah
berhenti sampai disini. Perjuangan dari masa ke masa akan tumbuh jika Penguasa
tidak berpihak kepada rakyat.
Dari perjalanan gerakan mahasiswa dari masa ke masa ada persamaan ciri
dari gerakan mahasiswa angkatan 98 dengan gerakan mahasiswa angkatan lainnya,
yaitu :
Sebagai
motor penggerak Pembaharuan.
Kepedulian dan Keberpihakan
terhadap rakyat.
tahun-tahun bersejarah bagi pergerakan mahasiswa Indonesia
adalah :
a. 1908
: Terbentuknya Budi Utomo
b. 1928
: Sumpah Pemuda
c. 1945
: Proklamasi dan Perjuangan fisik
d. 1966
: Tritura dan runtuhnya rezim Orde Lama
e. 1974
: Peristiwa Malari
f. 1978
: Pembelengguan kemerdekaan mahasiswa melalui NKK/BKK
g. 1998
: Aksi Reformasi dan Tragedi Semanggi
Kesuksesan aksi reformasi
yang mengorbankan beberapa mahasiswa, tidak berarti perjuangan telah berakhir.
Tidak menutup kemungkinan, ketika terdapat ketimpangan akibat ulah penguasa,
kita sebagai mahasiswa harus kembali ke jalan untuk menjadi agen pembaharu
pembangunan.
6.
Tri Dharma Perguruan Tinggi
.
. Pendidikan.Mahasiswa sebagai kaum
intelektual bangsa yang menduduki 5 persen dari populasi warga negaraIndonesia
berkewajiban meningkatkan mutu diri secara khusus agar mutu bangsa pun
meningkat padaumumnya dengan ilmu yang mereka pelajari selama pendidikan di
kampus sesuai bidang keilmuantertentu. Mahasiswa dan pendidikan merupakan 1
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sehingga ketikamahasiswa melakukan segala
kegiatan dalam hidupnya, semua harus didasari pertimbangan rasional,bukan
dengan adu otot. Itulah yang disebut kedewasaan mahasiswa.
Penelitian dan PengembanganIlmu yang mereka kuasai melalaui proses pendidikan di perguruan tinggi
harus diimplementasikan danditerapkan. Salah satunya dengan langkah ilmiah,
seperti melalui penelitian. Penelitian mahasiswabukan hanya akan mengembangkan
diri mahasiswa itu sendiri, namun juga memberikan manfaat bagikemajuan
pperadaban dan kepentingan bangsa kita dalam menyejahterakan bangsa.
Selainpengembangan diri secara ilmiah dan akademis. Mahasiswa pun harus
senantiasa mengembangkankemampuan dirinya
dalam hal softskill dan kedewasaan diri dalam menyelesaikan
segala masalah yangada. Mahasiswa harus mengembangkan pola pikir yang kritis
terhadap segala fenomena yang ada danmengkajinya secara keilmuan.
Pengabdian pada Masyarakat Mahasiswa
menempati lapisan kedua dalam relasi kemasyarakatan, yaitu berperan sebagai
penghubungantara masyarakat dengan pemerintah. Mahasiswa adalah yang paling
dekat dengan rakyat danmemahami secara jelas kondisi masyarakat tersebut.
Kewajiban sebagai mahasiswa menjadi front line dalam masyarakat dalam
mengkritisi berbagai kebijakan pemerintah terhadap rakyat karenasebagaian besar
keputusan pemerintah di masa ini sudah terkontaminasi oleh berbagai kepentinganpolitik tertentu dan kita sebagai mahasiswa yang
memiliki mata yang masih bening tanpa ternodaikepentingan-kepentingan
serupa mampu melihat secara jernih, melihat yang terdalam dari yangterdalam
terhadap intrik politik yang tidak jarang mengeksploitasi kepentingan rakyat.
Disini mahasiswaberperan untuk membela
kepentingan masyarakat, tentu tidak dengan jalan kekerasan danaksi
chaotic, namun menjunjung tinggi nilai-nilai luhur pendidikan, kaji terlebih
dahulu, pahami, dansosialisasikan pada rakyat, mahasiswa memiliki ilmu tentang
permasalahan yang ada, mahasiswa jugayang dapat membuka mata rakyat sebagai
salah satu bentuk pengabdian terhadap rakyat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar